Gemilang 100 Hari Duet Mirza-Jihan, Kepuasan Publik Lampung Capai 83,67 Persen

  • Diposting pada 16 Juni 2025
  • Berita
  • Oleh Administrator
  • 1167 Dilihat
bpkad-prov-lampung-7sx2ldVMz8.jpg
Gemilang 100 Hari Duet Mirza-Jihan, Kepuasan Publik Lampung Capai 83,67 Persen (dok. Pusdatin Keuangan BPKAD/Iful)

Bandar Lampung – Kepemimpinan Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela berhasil mencatatkan tingkat kepuasan publik yang sangat tinggi. Mencapai 83,67 persen pada 100 hari pertama mereka menjabat, hasil ini menjadi sinyal kuat bahwa duet pemimpin tersebut mampu menghadirkan kebijakan yang tepat sekaligus menjaga stabilitas pembangunan di Provinsi Lampung.

Hasil survei Litbang RLMG yang dilakukan pada 1–8 Juni 2025 mengungkap bahwa mayoritas masyarakat Provinsi Lampung merasa puas terhadap pelayanan publik yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi di bawah kepemimpinan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela. Namun, sejumlah tantangan masih perlu dijawab, terutama di sektor-sektor strategis seperti pertanian, pariwisata, dan terutama infrastruktur jalan.

Sektor infrastruktur, khususnya jalan, selalu menjadi hal yang paling nyata dari kinerja pemerintahan daerah.  Apa yang terlihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat dari jalan berlubang, rusak, hingga akses yang mulus sering menjadi ukuran utama keberhasilan atau kegagalan sebuah kepemimpinan. Tidak heran jika masyarakat begitu kritis dalam menilai aspek ini.

Dalam survei, tingkat kepuasan terhadap pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan mencapai total 56,20 persen, dengan rincian 7,68 persen sangat puas dan 48,52 persen puas. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan survei tahun 2024 yang hanya mencatat kepuasan sebesar 35 persen. Artinya, dalam 100 hari kerja pertama, duet Mirza–Jihan berhasil meningkatkan kepuasan publik di sektor ini hingga 15 persen.

Namun di sisi lain, masih terdapat 34,20 persen responden yang merasa kurang puas dan 9,60 persen sangat tidak puas. Ini mencerminkan bahwa meskipun ada capaian awal yang baik, tantangan infrastruktur jalan belum terselesaikan sepenuhnya.

Lampung dikenal memiliki tantangan berat dalam bidang infrastruktur, terutama di wilayah penyangga dan pelosok kabupaten. Keterbatasan anggaran, distribusi perbaikan yang belum merata, serta beban warisan dari masa lalu menjadi tantangan yang harus dihadapi pemerintahan saat ini. Pembangunan jalan bukanlah hal instan, dan ekspektasi tinggi masyarakat seringkali tidak sejalan dengan realitas di lapangan yang membutuhkan waktu dan proses pengadaan.

Menurut catatan Radar Lampung Media Group, perbaikan infrastruktur merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC). Saat ini, jalan nasional sepanjang 1.300 kilometer telah mencapai 94% dalam kondisi baik, sementara jalan provinsi sepanjang 1.700 kilometer baru 78%. Namun, jalan desa sepanjang 24.000 kilometer masih baru 30% yang dinilai layak. Untuk menuntaskan semuanya, Pemprov masih membutuhkan anggaran Rp4,5 triliun.

Konsistensi, perencanaan berbasis data, serta keterlibatan masyarakat dalam penentuan prioritas dan transparansi informasi diharapkan dapat meningkatkan kembali kepercayaan publik terhadap sektor ini.

Pelayanan kesehatan mencatat tingkat kepuasan publik sebesar 77,92 persen, dengan 7,34 persen sangat puas dan 70,58 persen puas. Ini merupakan bentuk pengakuan terhadap berbagai langkah perbaikan yang dilakukan, mulai dari peningkatan akses hingga kualitas layanan. Meski begitu, 20,08 persen masih kurang puas, dan 2 persen menyatakan sangat tidak puas—sebuah catatan penting bagi perbaikan berkelanjutan.

Di bidang pendidikan, tingkat kepuasan lebih tinggi lagi yakni 82,19 persen. Kebijakan seperti penghapusan biaya pengambilan ijazah, distribusi 23 ribu ijazah tertahan, dan program sekolah gratis hingga SMA sangat diapresiasi masyarakat. Bahkan, program advokasi kerja luar negeri ke Jepang untuk lulusan SMK juga dinilai sebagai langkah strategis membuka akses kerja global.

Namun, hampir 18 persen responden masih menyatakan ketidakpuasan, yang menandakan bahwa tantangan terkait kualitas guru, infrastruktur pendidikan, dan fasilitas penunjang di daerah terpencil masih perlu diatasi.

Pertanian sebagai penopang utama ekonomi Lampung juga menjadi sorotan. Sebanyak 71,08 persen masyarakat menyatakan puas (9,42 persen sangat puas dan 61,66 persen puas), sementara 21,42 persen kurang puas dan 7,59 persen sangat tidak puas.

Meskipun sudah ada kebijakan pendukung seperti penyediaan pupuk dan bantuan untuk petani, distribusi yang belum merata dan kendala teknis masih sering terjadi. Mengingat kontribusi sektor ini sebesar 24,37 persen terhadap PDRB Lampung, perbaikan di sektor ini sangat krusial.

Sayangnya, sektor pariwisata justru mencatat kepuasan yang relatif rendah, yaitu 64,42 persen (8,92 persen sangat puas dan 55,50 persen puas). Sebaliknya, 31,16 persen merasa kurang puas dan 4,42 persen sangat tidak puas.

Hal ini disebabkan promosi wisata yang belum merata, pelayanan yang tidak konsisten, serta infrastruktur menuju destinasi yang belum memadai. Misalnya, pembangunan ruas jalan wisata Lempasing–Padang Cermin sepanjang 29,157 km masih dalam proses dan belum dinikmati secara luas.

Sektor layanan Samsat menjadi bintang dalam survei kali ini. Sebanyak 83,66 persen responden merasa puas, dengan rincian 23 persen sangat puas dan 60,66 persen puas.

Program pemutihan pajak kendaraan bermotor yang berlaku di seluruh layanan Samsat—baik offline maupun online—menjadi stimulus positif. Bahkan, 25.178 unit kendaraan telah memanfaatkan program ini, menghasilkan pendapatan harian mencapai Rp5–6 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa digitalisasi layanan dan keteraturan proses administrasi mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi Lampung pada Triwulan I 2025 mencapai 5,47 persen year-on-year, tertinggi dalam lima tahun dan di kawasan Sumatera. Tiga sektor penyumbang utama adalah pertanian (24,37 persen), industri pengolahan (19,52 persen), dan perdagangan (14,95 persen).

Sektor industri pengolahan bahkan menyumbang pertumbuhan paling besar yaitu 1,61 persen. Kerja sama strategis dengan Provinsi Shandong, Tiongkok, seperti proyek Lampung Satelit 1, juga menunjukkan niat kuat pemerintahan Mirza–Jihan untuk membangun ekonomi berbasis teknologi dan kemandirian data pertanian.

Temuan survei menegaskan bahwa masyarakat menghargai program-program nyata dan langsung berdampak seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan publik Samsat. Namun, sektor infrastruktur, pertanian, dan pariwisata tetap menjadi tantangan besar yang perlu ditangani dengan sistemik, konsisten, dan terbuka.

Duet RMD–Jihan telah menginjak gas sejak awal pemerintahan, memadukan pendekatan populis dengan upaya reformasi. Namun, membangun loyalitas publik yang tahan uji tidak hanya cukup dengan kebijakan populis—perlu strategi jangka panjang yang menyentuh akar persoalan dan menjawab ekspektasi masyarakat secara berkelanjutan.

Dengan tingkat kepuasan publik yang tinggi di berbagai sektor, pemerintah Provinsi Lampung memiliki modal besar untuk melanjutkan perbaikan. Jika konsistensi, transparansi, dan partisipasi publik terus dijaga, visi menjadikan Lampung provinsi yang maju, adil, dan inklusif bukan sekadar mimpi—tetapi keniscayaan.

45
Penulis
Administrator
Administrator

Anda Mungkin Juga Menyukai

Tulis Tanggapan